Rasa sakitnya sudah 3 tahun lamanya ia rasakan. Dia adalah seorang direktur sebuah hotel berbintang lima bernama Mila. Dia sudah menikah dengan Satria dan dikaruniai 2 orang anak 1 perempuan dan laki-laki yang bernama Purnama dan Bintang masing-masing berusia 5 dan 7 tahun. Dia seorang wanita yang memiliki semangat yang tinggi, pintar, ulet dan gigih tak heran bila dia memiliki jabatan tinggi dalam tempat kerjanya. Semua orang sangat iri dengannya karna dia juga sangat cantik rupawan. Berangkat di pagi buta dan pulang dimalam hari, itulah kebiasaannya. Namun dia tetap dapat mengurus rumah tangga serta selalu meluangkan waktu untuk anak-anaknya diwaktu libur seperti sabtu dan minggu. Suatu ketika, bencana yang tak pernah ia dan keluarganya inginkan menghampiri mereka. Mila setiap pulang kerja selalu mengalami keletihan yang sangat berlebihan, badannya terasa sangat lemah, demam serta pegal-pegal. Ia menceritakan tentang keluhan dan masalah di dalam tubuhnya kepada sang suami, khawatir dengan kondisi istrinya akhirnya mereka pergi ke rumah sakit. Setelah cukup lama mereka melakukan pemeriksaan dokter dan tes darah akhirnya pihak rumah sakit menganjurkan mereka untuk menunggu hasil lab selama 3 hari karena pihak rumah sakit masih belum mengetahui penyakit yang idapnya dan masih harus melakukan penelitian lebih dalam lagi.
Haripun terus berlalu, kondisi Mila semakin memburuk. Dia memutuskan untuk tidak masuk kerja lagi karena ia sangat tidak kuasa dan mampu lagi untuk bekerja. Waktupun terus berjalan, Satria (suami Mila) pergi ke rumah sakit untuk mengambil hasil lab, perlahan-lahan ia buka dan mulai membacanya. Saat itu suasana hatinya berubah menjadi sedih setelah mengetahui hasil lab, sang istri tercinta positif terkena LUPUS. Satriapun langsung pulang untuk melihat dan mencoba memberitahu penyakit istrinya. Sesampainya di rumah, dia menangis melihat keadaan istrinya yang hanya bisa berbaring di tempat tidur. Dengan rasa aneh, sang istrinya bertanya "Ada apa mas?bagaimana hasil labnya?" ujarnya dengan wajah cemas. "Menurut hasil lab kamu terkena lupus dan harus segera dirawat" jawab Satria dengan nangis tersedu-sedu. Bergegas Satriapun menyiapkan perlengkapan untuk dirawat dan langsung pergi ke rumah sakit. Mila positif mengidap LUPUS. Penyakit lupus adalah penyakit sistem imunitas di mana jaringan dalam tubuh dianggap benda asing. Reaksi sistem imunitas bisa mengenai berbagai sistem organ tubuh seperti jaringan kulit, otot, tulang, ginjal, sistem saraf, sistem kardiovaskuler, paru-paru, lapisan pada paru-paru, hati, sistem pencernaan, mata, otak, maupun pembuluh darah dan sel-sel darah.penyakit baru yang mematikan setara dengan kanker.
Setelah setahun dirawat dirumah sakit,keadaan Mila tidak membaik, rambutnya lama-kelamaan menipis hingga botak, badannya kurus sekali. Sehari-hari dia hanya bisa berbaring di rumah sakit dan meminum obat-obatan dari dokter yang hanya dapat mencegah virusnya menyebar kemana-mana, tidak dapat menyembuhkan. Dia sudah tidak lagi bekerja dan menduduki jabatan sebagai direktur kembali. Dia mulai putus asa dan hampir gila karena sudah tidak memiliki semangat dan motivasi untuk hidup. Keadaan seperti ini sungguh tidak pernah ia bayangkan dan dia inginkan, sangat bertolak belakang sekali dengan ia dahulu. Sedikit demi sedikit uang di dalam tabungannya mulai menipis untuk membeli obat-obatan, teraphi-teraphi medis dan biayai rumah sakit lainnya. Bahkan sebagian harta benda yang dimiliki keluarganya ada yang dijual untuk menutup biaya rumah sakit seperti televisi, mobil dan motor. Biaya pengobatan LUPUS sangat memakan biaya yang tak sedikit. Untungnya dia memiliki seorang suami yang tabah, sabar dan mencintai dia sepenuh hati. Satria tetap mencintai istrinya walaupun keadaan sang istri sudah tidak berdaya lagi. Dia selalu mencari akal dan bekerja keras agar sang istri dapat sembuh total. Tak henti-hentinya Satria menyemangati Mila, namun dia tetap tak berdaya. Di saat dia di rumah sakit, dia selalu dikunjungi kedua anaknya, dia sangat rindu ingin bermain bersama anak-anaknya.
Suatu ketika, dia sadar dan teringat oleh anak-anaknya yang setiap hari membesuk dia. Anak-anaknya selalu sedih dan menangis melihat kondisi ibunya dan anak-anaknya tidak bisa ia urus sepenuhnya oleh Mila. "Mama cepat sembuh, aku kangen tidur bareng sama mama" ucap anak pertamanya. Dari situ, ia mulai bangkit kembali, "aku harus sembuh, aku harus sembuh, banyak orang-orang yang mencintaiku, aku tak ingin mereka selalu bersedih melihatku" ujar Mila dalam hatinya. Semula ia sudah patah arang dan sudah pasrah bahwa dia bisa sembuh, dia tak tahan dan ingin menyerah untuk terus berjuang melawan penderitaanya. Namun ia mulai bangkit kembali dan meyakinkan dalam dirinya bahwa dia bisa dan banyak orang-orang sekitarnya seperti keluarga, teman dan tentunya suaminya yang terus memotivasinya setiap hari. Akhirnya Mila yakin bahwa dia bisa sembuh, dia yakin dengan kebesaran Allah swt. Dia terus berdoa dan mensuggestikan dalam pikiran bawah sadarnya bahwa dia bisa sembuh, dia yakin dia bisa. Dia mulai termotivasi dan tidak putus asa. Dia sadar banyak sekali hal-hal yang biasa ia lakukan tak ia lakukan.
Pada tahun ke-2 kondisi Mila semakin memburuk, dia terus mengalami anemia yang sangat parah, bercak-bercak merah yang membentuk seperti kupu-kupu terlihat melebar dan nampak jelas. Persendiannya pun terasa sangat ngilu dan menjadi-jadi serta munculnya bekas-bekas luka di sekujur tubuhnya. Sang suaminya tidak tega melihat kondisi Mila semakin parah setiap hari. Akhirnya Satria membawa Mila pergi ke Singapore untuk berobat dan mendapatkan kualitas medis yang lebih bagus serta para dokter ahli yang diharapkan dengan mereka kesana, Mila dapat segera sembuh. Disana dia terus melakukan terapi rheumatologist dan terus mengkonsumsi obat-obatan seperti steroid, immunosuppresant, antimalarial dan sebagainya.
Di tahun ketiga, kondisi Mila sudah mulai membaik. Berangsur-angsur dia merasakan peningkatan setelah berobat kesana. Dokter menyatakan Mila sudah mulai membaik dibandingkan dengan kondisi Mila sat pertama datang ke Singapore. Akhirnya dokter menyatakan Mila sembuh dan dia memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan melakukan terapi-terapi disana agar hasilnya lebih optimal dan 100% sembuh. Mila sangat bersyukur dengan keadaannya sekarang, selain banyak hal-hal negatif saat dia sakit, tetapi dia menyadari banyak sekali hikmahnya pula. Semenjak ia sakit, ternyata banyak sekali orang-orang yang sangat mencintainya seperti suami, teman-teman, sodara dan yang paling utama adalah anak-anaknya. Semenjak ia dirawat, Mila pun merasa lebih dekat dengan anak-anaknya dibandingkan pada waktu ia bekerja ia hanya dapat menikmati kebersamaan dengan anak-anaknya saat akhir pekan saja. Tak henti-hentinya ia bersyukur dan mengucap alhamdulilah kepada Allah swt atas mukzizat yang diberikan kepadanya. Perlahan-lahan dia bangkit dan memulai meniti kehidupan keduanya dengan hal-hal positif dan terus mendekatkan diri kepada Allah swt. Mila juga ketika mendapatkan rezeki, ia selalu memberikan bantuan dana untuk orang-orang yang terkena penyakit lupus dan menjadi pembicara pada seminar-seminar untuk berbagi cerita mengenai penyakit lupus dan juga memberikan motivasi-motivasi kepada orang-orang agar tidak cepat putus asa dalam hidup. Mila pun percaya dan yakin bahwa kuasa Allah swt itu ada dan mengalahkan semua kekuataan meskipun dari seorang dokter yang sangat hebat sekalipun.
NAMA : WELMA YUNIA SARI
KELAS : 2SA05
NPM : 17611368
TULISAN KETIGA (3) ILMU SOSIAL DASAR
Selasa, 23 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar